Friday, December 26, 2008

LIMA PERKARA YANG MESTI DISEGERAKAN

Dari Hatim Al-Asom :

"Terburu-buru itu termasuk sifat syaitan, kecuali pada lima tempat , maka ia termasuk sunnah Rasulullaah saw"

1) Memebri makan tetamu, bila ia datang berkunjung.

2) Menyiapkan perkuburan mayat bila telah mati.

3) Mengahwinkan anak perempuan, bila cukup umur.

4) Membayar hutang, bilaa telah sampai masanya.

5) Bertaubat dari dosa, bila ia telah melakukannyaa.

LIMA PESANAN DARI SYAIKH AL -BALKHI

"Ambil olehmu lima perkara kemudian amalkan :

1) Sembahlah Allah sebanyak keperluanmu kepadaNya.

2) Ambil apa-apa dari dunia menurut keperluan selama umurmu didalamnya.

3) Lakukan maksiat kepada Allah, menurut kemampuanmu memikul azabNya.

4) Persiapkan bekal didunia untuk selama kamu tinggal didalam kubur.

5) Beramallah untuk syurga, menurut lamanya masa yang kamu inginkan untuk tinggal didalamnya.

"HARTA BERTIMBUN BOLEH MENYEBABKAN LIMA PERKARA Dari Sufyan Sauri :

"Tiada berkumpul harta disisi seseorang pada zaman ini, melainkan timbul didalam dirinya lima perkara :

1) Panjang angan-angan.

2) Sentiasa tamak.

3) Sangat kedekut.

4) Berkurang waraknya.

5) Lupa kepada akhirat.

Wednesday, November 19, 2008

Orang-orang Yang Didoakan Oleh Para Malaikat

Inilah Orang – Orang Yang Didoakan Oleh Para Malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”.(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’” (Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)

3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan” (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)





4. Orang – orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf” (Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”.(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia” (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang – orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’” (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang – orang yang berinfak.Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’” (Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)


10. Orang yang sedang makan sahur. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang – orang yang sedang makan sahur” (Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh”(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Sumber Tulisan Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi (Orang – orang yang Didoakan Malaikat, Pustaka Ibnu Katsir,

Sunday, September 28, 2008

Rasulullah Ketika Aidilfitri




Menjadi Anak Angkat Rasulullah Ketika Aidilfitri





Hari Raya Aidilfitri telah tiba. Umat Islam di Madinah merayakan hari bahagia itu dengan mengumandangkan takbir dan tahmid. Mereka beroleh kemenangan dalam peperangan melawan nafsu, sebulan mereka telah menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Dengan pakaian yang paling cantik Nabi s.a.w bergegas berangkat dari rumahnya menuju ke lapangan untuk menunaikan solat jemaah Aidilfitri. Umat Islam menunggu kedatangan Rasulullah.

Di sepanjang jalan anak-anak kecil berlari-lari dengan sukacita kerana lebaran telah tiba. Pakaian mereka cantik dan wajah mereka cerah semuanya. Tidak ada yang berdukacita, hari itu adalah hari yang paling gembira. Akan tetapi alangkah hairannya Nabi tatkala menyaksikan di sudut sebuah bangunan tua, seorang anak kecil berpakaian koyak tengah duduk menghadap dinding seraya menangis tersedu-sedu.

Nabi pergi kepada anak itu, lalu bertanya, “Hai anakku, mengapa engkau menangis sendirian pada hari saat kita sedang bergembira bersukari?” Anak kecil itu, tanpa menoleh untuk melihat siapa yang bertanya, langsung menjawab: “Bagaimana tidak menangis, mereka punya pakaian baru sedang aku tidak.”

Nabi tersekat hatinya dan bertanya: “Jadi mengapa engkau tidak berganti pakaian dan bermain-main dengan kawan sebayamu?” “Mereka tidak mahu aku menghampirinya sebab pakaianku lama dan compang-camping, dulu waktu aku masih punya ayah, setiap hari raya aku juga mengenakan pakaian baru, perutku kenyang dan duitku banyak.”

“Ayahmu ke mana nak?” “Ayahku sudah meninggal. Ibuku sudah kahwin lagi dan nasibku tersia-sia sebab harta peninggalan ayahku dihabiskan oleh ayah tiriku.”

Nabi termenung, lalu ia berkata, “Anakku seandainya Fatimah jadi kakakmu, Ali bin Abu Talib jadi abangmu, Hassan dan Hussin jadi saudaramu dan aku jadi ayahmu apakah engkau suka?”

Anak itu terperanjat lantas berfikir, jangan-jangan yang berdiri berhampiran denganku ini adalah Rasulullah. Setelah budak kecil itu melihat, ternyata siapa yang tadi berkata begitu, dia pun bergembira. “Tentu saja saya senang, ya Rasulullah, sambil memeluk erat kaki Nabi.

Maka oleh Nabi itu digendongkan dan dibawanya kembali ke rumah. Dengan tangannya sendiri Rasulullah memandikan anak tersebut, mencarikan dan memakaikan baju serta gamis kecil kepada anak yatim itu, lalu memberikannya sarapan pagi dan sedikit wang. Setelah dilepasnya anak itu bermain-main, barulah Rasulullah meneruskan niatnya menuju ke lapangan untuk menjalankan solat Aidifitri bersama penduduk Madinah.

Anak kecil itu riang ketawa menghampiri kawan-kawannya yang sedang asyik bersuka ria. Mereka kehairanan melihatnya budak kecil itu turut bergembira, sedangkan seblum itu budak tersebut menangis teresak-esak. Maka salah seorang antara mereka bertanya, “Hai aneh betul kau tadi menangis kini tertawa, ada apa yang berlaku?”

Anak yatim itu menyahut bangga. “Tadi aku menangis kerana aku lapar, sekarang aku tertawa kerana aku kini kenyang. Tadi aku menangis kerana aku tidak mempunyai pakaian cantik. Kini pakaian aku indah dan masih baru, juga mempunyai wang yang banyak. Tadi aku menangis kerana aku tidak mempunyai ayah sekarang aku tertawa kerana aku sekarang sudah punyai ayah.”

“Hairan, dari mana kau dapat ayah? Siapa ayahmu sekaran?” “Kerana ayah kandungku sudah meninggal, maka Rasulullah menangkatku jadi anak. Rasulullah adalah ayahku sekarang.” jawab anak itu penuh rasa bahagia.

Kawan-kawanya semua berubah jadi kecewa dan iri hati. Mereka serentak berkata “Yah, cuba ayah kita sudah mati, kia pun bakal punya ayah Rasulullah seperti dia.” Mengasihi dan memelihara anak yatim adalah sifat terpuji yang patut dimiliki oleh setiap orang mukmin.



SElaMAT MeNYAmBut

haRi RAya aIDiLfiTri ,


MOhON MaAF Atas Segala salah dan silap ANA "MAAF Zahir & Batin"

Friday, September 26, 2008

RENUNGAN uNtuk Kita




Kita selalunya akan cepat-cepat ucapkan terima kasih pada sesiapa yang membantu kita dan akan kenangkan budinya sampai bila-bila TETAPI dengan Tuhan yang memberikan kita segala nikmat yang tak terhitung banyaknya, setiap detik dan setiap masa, kita jarang rasa terhutang budi dan berterima kasih setiap masa dengan cara yang dituntut-Nya.
Kita selalu rasa dia salah, dia jahat, dia tak betul, dia menyeleweng dan sebagainya TETAPI kita jarang sekali rasa aku jahat, aku berdosa, aku tidak betul, aku bersalah, kerana aku dia jadi begitu sedangkan sikap-sikap ini sangat dianjurkan.
"Mohanlah keampunan kepada ALLAH setiap masa, sesungguhnya ALLAH maha Pengampun dan Penyayang "
MUtIara KATA



"Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, kerana kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu ke depan, pandanglah masa depan kita. Kita juga dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita dapat mendengarkan semuanya dari dua buah sisi. Untuk berupaya mengumpulkan pujian dan kritikan dan memilih mana yang benar dan mana yang salah".
"Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari "( Saidina Ali)

"Sahabat yang setia bagai pewangi yang mengharumkan. Sahabat sejati menjadi pendorong impian. Sahabat berhati mulia membawa kita ke jalan Allah."

Monday, August 18, 2008

PerSediAan

'Persediaan yang baik menghasilkan Natijah (keputusan) yang baik'

Bersedialah dari segi JIWA, MENTAL dan FIZIKAL untuk menghadapi bulan Ramadhan, malah Nabi dibulan sya'ban sudah mula memperbanyakan ibadah puasanya sebagai persediaan bulan Ramadhan


Sunday, August 17, 2008

BANYAK JALAN MENUJU UKHUWAH



Jika ada Rahmat Allah yang sangat indah, itulah ukhuwah. Karena sesungguhnya ukhuwah hanya diberikan kepada umat Islam dan tidak diberikan kepada umat lain. Begitu kuatnya jalinan ukhuwah hingga ia menembus hubungan yang lain yang tidak sesuai dengan prinsip ukhuwah, sekalipun itu hubungan darah. Kedudukannya adalah sesuatu yang mutlak, tidak bisa tidak. Ia merupakan ikatan yang tercipta karena keimanan yang melahirkan kasih sayang, kecintaan, kemuliaan, rasa saling percaya, tolong menolong dan kerelaan berkorban untuk yang lain. Tidak hanya itu, Allah banyak memberikan kemuliaan tersendiri. Jika ada sebuah kedudukan di sisi Allah yang oleh para nabi dan syuhada inginkan, itu tidak lain adalah kedudukan orang-orang yang berkasih sayang karena Allah.
Ukhuwah bukan hal yang serta merta ada. Kalau ujung ukhuwah itu adalah sebuah kemanisan, ada tahap-tahap yang harus dilalui untuk merasakan kelezatannya. Harus ada interaksi yang kemudian akan membuat saling kenal. Saling kenal ini akan melahirkan saling paham. Interaksi dan memahami apa dan siapa. Tentunya berinteraksi dengan Islam, umat Islam dan permasalahannya. Dari sini timbul ikatan hati yang kuat yang melahirkan kekuatan untuk saling tolong menolong, saling menanggung beban yang lain, dan terakhir adalah kekuatan untuk saling berkorban mendahulukan kepentingan saudaranya di atas kepentingannya sendiri. Jadi, bukanlah tahapan yang sulit untuk merajut ukhuwah. Namun ternyata hanya sedikit yang sanggup merealisasikannya, mengapa?

Yang pertama, masih banyak yang menganggap jalinan persaudaraan karena darah lebih utama dari jalinan atas dasar akidah. Apalagi saat sekarang persaudaraan tidak lebih karena kepentingan-kepentingan tertentu. Persaudaraan karena sekadar balas jasa, merasa berhutang budi atau yang lainnya. Pemahaman ini tentunya sedikit-sedikit harus dihapus.
Kedua, wawasan kita telah terkungkung oleh paradigma yang sempit tentang ukhuwah. Bagaimana sesungguhnya dapat merealisasikan ukhuwah?. Sebetulnya banyak hal yang dapat kita kerjakan untuk menggapai ukhuwah dengan tahapan-tahapan di atas. Banyak potensi kita yang sebetulnya adalah peluang besar. Masalahnya kita tidak mengetahuinya. Coba renungkan ritual-ritual yang biasa kita lakukan. Di setiap ibadah itu ternyata Allah selalu memberikan hikmah mulia menyangkut hubungan muamalah. Kuncinya adalah kepekaan; kehalusan perasaan yang seharusnya timbul saat melakukan ibadah tersebut dan kemudian melahirkan inovasi-inovasi yang sangat berharga untuk sebuah ukhuwah. Contoh yang sangat nyata ; ibadah puasa, zakat, atau qurban_ibadah-ibadah yang sebetulnya sarat dengan nilai-nilai ukhuwah. Yang menjadi penyakit di kalangan umat Islam, tidak sedikit yang tidak memahami hal ini secara memadai. Jadilah ibadah-ibadah mereka sekadar menggugurkan kewajiban. Tidak sedikit di antara muzakki yang tidak mau tahu untuk siapa zakatnya, bagaimana pengelolaannya, sejauh mana hasilnya?. Para pequrban juga tidak begitu peduli untuk siapa daging-daging qurban itu, bagaimana supaya manfaatnya optimal dst.
Sebetulnya, ini yang dimaksud dengan proses interaksi, pemahaman kita dengan Islam, umat Islam dan permasalahan-permasalahannya seperti yang telah dijelaskan di atas. Dari proses inilah yang akhirnya mendorong kita untuk memutuskan membuat yang terbaik untuk saudara kita. Itu hanya sebuah contoh, baru sebagian yang bisa kita lakukan. Semakin sering kita berinteraksi tentunya akan semakin banyak hal baru yang dapat kita sumbangkan untuk sebuah ukhuwah.
Jadi, ternyata dari setiap hal yang kita lakukan, yakinlah kita bisa mengambil sebuah keputusan untuk melakukan hal terbaik yang akhirnya membuahkan ukhuwah
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...